Cerita Menyusui (part 2)

Lima tahun kemudian My Mal lahir dan jauh sebelum ia lahir, saya sebelumnya sudah rajin belajar mengenai ASIX. Tanya sama teman yang rata-rata sukses menyusui dan salah satunya menyakinkan saya bahwa ASI itu rumusnya sederhana saja. Semuanya tentang supply dan demand. Semakin sering dikeluarkan, semakin banyak yang diproduksi.Dia pun bilang bahwa kalau kemarin gagal bukan berarti anak kedua akan gagal. Yang harus diperhatikan hanyalah kesiapan mental dan usaha yang gigih.

Alhamdulillah waktu itu dokter kandungan saya pindah ke RS yang pro ASI. Semua kamar rooming in dengan bayi, ada proses IMD, ada konsulor laktasi lengkap dengan kliniknya. Intinya RS ini adalah yang ideal buat saya. Dan ternyata it made a HUGE different.

Pelajaran yang diambil: pemilihan RS untuk melahirkan sangat sangat krusial. Di RS sebelumnya, saya hanya diajari tehnik menyusui tetapi tidak ada lanjutan aktif untuk membuat si Ibu harus menyusui dengan lebih baik dan benar, maupun menyusui secara  eksklusif. Di RS yang Pro ASI, penggunaan SUFOR betul-betul dilarang, kecuali memang ada kondisi yang sangat mendesak. RS ini jelas menambah kepercayaan diri dan membuat saya mantap buat fokus ke pemberian ASI yang benar ke anak. Para konsulor dan dokternya juga dengan sigap menjelaskan ke orangtua kita tentang proses menyusui dan kebutuhan ASI bagi bayi kita (yang kadang harus diakui mereka gengges banget sering nuduh kita asinya kok dikit, anaknya nanti gak kenyang bla bla bla). Jadi, pilihlah RS dengan bijaksana 🙂

Dengan support para dokter dan konsulor yang baik ini, maka saya gagah berani menyusui My Mal. Alhamdulillah lancar. Mereka mengajarkan betul-betul latch on dan posisi yang enak buat menyusui. Mereka juga menyarankan saya untuk pelan-pelan memompa ASI jika PD sudah terasa penuh untuk menghindari pembengkakan. Ingat betul, waktu itu di pompa hanya maksimal 20 ml saja, tetapi mereka selalu menyakinkan bahwa memang kebutuhan bayi nya masih cukup 20 ml, jadi gak perlu memikirkan ASI kurang dsbnya.

Sudah percaya diri…ternyata ada masalah lain yang timbul. Setiap kali mulai menyusui kok sakitnya luar biasa. Kayak orang kesetrum. Saya pikir ya wajar saja kan, namanya juga menyusui pasti ada sakitnya di awal-awal. Ternyata prediksi dokter lain, anak saya tongue tie. Duh…apa pula itu tongue tie. Sempat bingung dan galau apakah harus segera ditindak atau enggak. Sampai akhirnya saya putuskan untuk pulang saja tanpa harus ada tindakan. Tunggu sampai saya benar-benar gak tahan.

Pulang dari rumah sakit  ternyata anak saya gak mau disusuin. Jerit-jerit gak jelas. Sepertinya dia lapar tapi tidak bisa minum dengan benar. Akhirnya terpaksa saya fokus untuk memompa dan mulai memberikan asi dengan cara pakai feeder cup.

Pelajaran yang diambil: SIAPKAN MENTAL. Jangan cepat down. Sehabis melahirkan dan memasuki tahap awal menyusui, ADA BANYAK HAL yang TAK TERDUGA yang BISA TERJADI. Tapi JANGAN PANIK, karena setiap masalah ada solusinya. Kalau PANIK bisa mempengaruhi produksi ASI. Bulan pertama sehabis melahirkan itu, adalah masa-masa paling melelahkan lahir dan batin.Sekaligus masa-masa penting dalam menyusui. Jadi, siapkan diri dari awal supaya tidak terjadi stress yang berlebihan.

Besoknya langsung ke dokter dan proses pengguntingan bagian bawah lidah ternyata hanya memakan waktu beberapa detik saja. Begitu selesai digunting, My Mal pun langsung saya susui dan lancar tanpa kendala. Lega..lega..lega.Tak ada darah yang keluar secara berlebihan karena mungkin dia masih berumur seminggu. Cuma dikasih betadine sedikit sebelum akhirnya langsung diberikan ke saya untuk disusui.

Karena saya juga masih bekerja, jadi proses menyusui pada anak kedua ini pun selalu diselingi dengan pompa. Tehnik memompa kan beda-beda ya, tapi karena saya menyusui dan harus memompa, biasanya satu PD saya siapkan untuk disusui dan satu PD lagi akan saya pompa. Bedanya dengan masa memompa di anak pertama, saya kurang percaya diri waktu itu, tapi di anak kedua, percaya diri jauh lebih tinggi dan saya selalu terus menerus berpikir positif. Sebelum melahirkan juga saya sudah memutuskan untuk memakai pompa asi yang elektrik karena nggak mau kejadian gagal ASI berulang. Sebelum memompa membiasakan diri untuk memijat ringan PD dan membayangkan hal-hal yang membuat saya senang. Hasilnya, 10 hari setelah melahirkan satu PD bisa mendapatkan 150 cc!!!! Jauuuuuuh betul jika dibandingkan dengan masa menyusui Rai dulu.

Intinya: BEDA NIAT, BEDA HASIL. Pengalaman anak kedua jauh berbeda dengan yang pertama. Berarti dulu yang jadi masalah adalah NIAT saya, bukan PD saya atau nasib yang gak bisa produksi ASI rembes-rembes.Pentingnya membaca banyak info mengenai menyusui SANGAT SANGAT membantu. Kalau saya malas tanya dan baca-baca, belum tentu saya bisa sukses menyusui. Hal lain yang menurut saya juga tak kalah penting adalah memiliki pompa asi sebelum melahirkan. Pilih pompa asi yang kemampuannya paling maksimal dan yang paling masuk ke budget kita. Kalau budget terbatas, bisa juga pada awalnya sewa dulu.

Karena keinginan penuh untuk bisa ASIX, saya harus rajin pompa karena saya sadar ASI saya bukan tipikal yang rembes, ngucur deras, dsbnya. Jadi proses pengosongan PD itu sangat penting. Jadwal pompa saya pun sangat teratur. Dalam sehari, saya biasakan memompa 8x sehari diselingi dengan menyusui tentunya. Jadwalnya pun sudah jelas mengganggu jadwal tidur. Tiap 3 jam sekali betul-betul harus mompa. Sudah resiko kalau mau sukses ya harus ada pengorbanannya kan. Dengan jadwal yang teratur ini, pelan-pelan stok ASIP jadi meningkat. Disini saya sangat percaya kekuatan pikiran dan kalau memang NIAT pasti bisa sukses menyusui.

Apakah ada bedanya pola makan saya waktu menyusui anak pertama dan kedua? Jawabnya nggak ada.

Dulu waktu anak pertama, saya yakin banget ASI saya sedikit dan akhirnya banyak coba booster ASI. Mulai dari makan daun katuk, minum kacang hijau dsbnya. Tapi ya hasilnya tetap gak maksimal.Waktu menyusui anak kedua, sama saja sih yang dikonsumsi juga sayur-sayuran hijau. Yang menjadi perbedaan porsi minum saya waktu menyusui anak kedua jauh lebih banyak. Jadi ya, masalah saya sebetulnya hanyalah di POLA PIKIR.

My Mal pun akhirnya sukses ASI dan baru lulus ketika umurnya mau 3 tahun :D.  Dia betul-betul jadi anak yang sama sekali tidak mengenal SUFOR. Kalau ada yang tanya bedanya? Beda banget! Anak saya yang satu ini daya tahan tubuhnya jauh lebih kuat dibanding kakaknya dan kalau sakit (anak-anak jarang saya kasih obat kalau sakit ringan macam batuk atau flu) bisa lebih cepat pulih.

Sampai detik ini, saya selalu berdoa sama Tuhan, mudah-mudahan di anak yang ketiga nanti saya juga bisa mengulang kesuksesan ASI. Mau langsung lancar kasih ASI kayaknya kan gak mungkin ya, pasti ada bumbu-bumbunya dari Tuhan hehehe. Makanya rajin berdoa supaya mental ini siap buat menghadapi proses persalinan dan menyusui nanti. Lanjutan cerita menyusui part 3 nya, nanti lah ya awal Oktober, Insya Allah 🙂

 

 

 

 

 

Leave a comment